Tak ada kata
terlambat. Begitulah kalimat motivasi yang sering dipakai banyak orang untuk
memberi motivasi kepada orang lain yang posisinya sedang terpuruk. Bagi saya,
bila terlambat tetaplah terlambat. Tak ada ubahnya menjadi tidak terlambat.
Setiap keterlambatan, sedikit atau banyak, tetap berpengaruh pada terlambatnya
sebagian hal yang lain. Hanya saja, yang terlambat bukan berarti tidak mungkin
menjadi lebih cepat atau yang tercepat.
Demikian pula sama dengan
keterlambatan LPM Instika periode 2013-2014 M. Keterlambatan ini, salah satunya
dapat dilihat dari pelantikan Pengurus LPM Instika yang baru dilaksanakan pada
hari Sabtu, 9 Nopember 2013. Terlebih, bila dibandingkan dengan pelaksanaan
pelantikan Pengurus LPM Instika Putri, BEM-I, dan DPM-I. Pastinya, pelantikan
mereka jauh sebelum “9 Nopember 2013”.
Banyak hal yang
melatari keterlambatan itu. Tak perlu saya ceritakan tentang alasan kenapa
terlambat. Sebab, tetap sebagaimana yang
saya pikirkan, yang terlambat tetaplah terlambat. Biarlah, keterlambatan yang
dialami menjadi pelajaran saja, sehingga menjadikan kami orang yang penakut;
selalu takut akan kegagalan, terutama dalam mengemban amanah sebagai pengurus
LPM Instika 2013-2014. Mungkin sebagian orang tidak sependapat dengan harapan
ini, karena lebih melihat hasil. Akan tetapi, tak lain, kecuali saya hanya
lebih memilih naluriah saya sebagai manusia (manusiawi).
Mimpi
Di tengah
keterlambatan itu, kapasitas keilmuan yang terbatas, dan sedikitnya waktu yang
mau dibagi lagi untuk bekerja atas nama Pengurus LPM, saya yang dipercaya
sabagai ketua, tetap punya mimpi. Mimpi yang sengaja dibangun dan tidak lepas
dari upaya menjadikan LPM Instika lebih baik.
Adapun yang melatari
mimpi saya, ialah pengalaman berproses di LPM Instika selama dua periode dan
tidak lepas pada penguatan atau bahasa labih tepatnya, pembentukan eksistensi
LPM. Penguatan atau pembentukan eksistensi LPM Instika melingkupi tiga hal.
Pertama, terbitnya media informasi, baik yang berbentuk majalah, buletin maupun
selebaran. Kedua, memenangkan lomba, baik tingkat regional, nasional, maupun
internasional. Ketiga, pengurus LPM mampu “mengisi” kegiatan-kegiatan
jurnalistik dan kegiatan kepenulisan lain, atau sama dengan penguatan kapasitas
keilmuan dalam jurnalistik dan kepenulisan.
Hemat saya, bila
ketiga-tiganya dapat terpenuhi, maka LPM
Instika dapat diakui eksistensinya. Itulah mimpi saya. Menerbitkan media
informasi-intelektual, berusaha dan mengusahakan untuk memenangkan lomba, dan
menjadikan menjadikan anggota dan pengurus LPM Instika yang sekarang sebagai
trainer, merupakan misi saya sebagai ketua baru.
Kendati begitu, bukan
berarti masalah pengkaderan tidak penting. Bukan berarti masalah jaringan
dengan LPM dan kampus-kampus luar yang dapat mengenalkan Instika secara umum
tidak penting. Tetapi, lebih sederhana, bila mimpi saya dapat terpenuhi, maka
masalah pengkaderan dan jaringan akan terbangun dengan sendirinya.
Ikhtiar
Dengan mimpi yang
sederhana itu, tentu banyak hal yang perlu dilakukan. Sebab mimpi tak bisa
“berevolusi” dengan sendirinya menjadi nyata. Amsal wayang butuh dalang. Wayang
tidak akan bergerak sempurna bila tidak ada dalangnya. Logika dasarnya,
kalaupun ada dalangnya kadang tidak juga sempurna, apalagi tidak ada.
Maka, dalam hal ini,
tak perlu bicara soal kebetulan atau takdir. Selain saya butuh dukungan dari
pengurus LPM yang lain, butuh perencanaan dan langkah-langkah setrategis serta
usaha keras untuk menjadikan mimpi benar-benar nyata.
Usaha yang pertama
sudah selesai; pembuatan program kerja selama satu periode. Yang jelas, program
ini tidak lepas dari sebagian usaha untuk menjadikan mimpi itu nyata. Semoga
saja usaha berikutnya akan selesai pula dengan sempurna; melaksanakan semua
yang telah direncanakan atau diprogramkan. Program dan kegiatan harus sinergis
dengan apa yang telah menjadi mimpi. Usaha berikut yang dimaksud itu, tidak
mungkin dapat dikerjakan seorang ketua saja. Yang terbaik dan cara satu-satunya
ialah bersama.
Dari itu, mari kita
ingat kembali kata-kata sewaktu acara pelantikan kita, “Minimal mampu
mempertahankan. Itu sudah bagus”. Selebihnya, mari “mimpi saya” ubah menjadi
“mimpi kita”, kemudian selesaikan dengan menjadikan nyata, supaya LPM sekarang
benar-benar selamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar