Selasa, 26 November 2013

LPM Telat Semoga Selamat

Oleh Ach. Salman Syam (Ketua LPM Instika Periode 2013-2014)


Tak ada kata terlambat. Begitulah kalimat motivasi yang sering dipakai banyak orang untuk memberi motivasi kepada orang lain yang posisinya sedang terpuruk. Bagi saya, bila terlambat tetaplah terlambat. Tak ada ubahnya menjadi tidak terlambat. Setiap keterlambatan, sedikit atau banyak, tetap berpengaruh pada terlambatnya sebagian hal yang lain. Hanya saja, yang terlambat bukan berarti tidak mungkin menjadi lebih cepat atau yang tercepat.
Demikian pula sama dengan keterlambatan LPM Instika periode 2013-2014 M. Keterlambatan ini, salah satunya dapat dilihat dari pelantikan Pengurus LPM Instika yang baru dilaksanakan pada hari Sabtu, 9 Nopember 2013. Terlebih, bila dibandingkan dengan pelaksanaan pelantikan Pengurus LPM Instika Putri, BEM-I, dan DPM-I. Pastinya, pelantikan mereka jauh sebelum “9 Nopember 2013”.
Banyak hal yang melatari keterlambatan itu. Tak perlu saya ceritakan tentang alasan kenapa terlambat. Sebab, tetap sebagaimana  yang saya pikirkan, yang terlambat tetaplah terlambat. Biarlah, keterlambatan yang dialami menjadi pelajaran saja, sehingga menjadikan kami orang yang penakut; selalu takut akan kegagalan, terutama dalam mengemban amanah sebagai pengurus LPM Instika 2013-2014. Mungkin sebagian orang tidak sependapat dengan harapan ini, karena lebih melihat hasil. Akan tetapi, tak lain, kecuali saya hanya lebih memilih naluriah saya sebagai manusia (manusiawi).

Mimpi
Di tengah keterlambatan itu, kapasitas keilmuan yang terbatas, dan sedikitnya waktu yang mau dibagi lagi untuk bekerja atas nama Pengurus LPM, saya yang dipercaya sabagai ketua, tetap punya mimpi. Mimpi yang sengaja dibangun dan tidak lepas dari upaya menjadikan LPM Instika lebih baik.
Adapun yang melatari mimpi saya, ialah pengalaman berproses di LPM Instika selama dua periode dan tidak lepas pada penguatan atau bahasa labih tepatnya, pembentukan eksistensi LPM. Penguatan atau pembentukan eksistensi LPM Instika melingkupi tiga hal. Pertama, terbitnya media informasi, baik yang berbentuk majalah, buletin maupun selebaran. Kedua, memenangkan lomba, baik tingkat regional, nasional, maupun internasional. Ketiga, pengurus LPM mampu “mengisi” kegiatan-kegiatan jurnalistik dan kegiatan kepenulisan lain, atau sama dengan penguatan kapasitas keilmuan dalam jurnalistik dan kepenulisan.
Hemat saya, bila ketiga-tiganya dapat terpenuhi,  maka LPM Instika dapat diakui eksistensinya. Itulah mimpi saya. Menerbitkan media informasi-intelektual, berusaha dan mengusahakan untuk memenangkan lomba, dan menjadikan menjadikan anggota dan pengurus LPM Instika yang sekarang sebagai trainer, merupakan misi saya sebagai ketua baru.
Kendati begitu, bukan berarti masalah pengkaderan tidak penting. Bukan berarti masalah jaringan dengan LPM dan kampus-kampus luar yang dapat mengenalkan Instika secara umum tidak penting. Tetapi, lebih sederhana, bila mimpi saya dapat terpenuhi, maka masalah pengkaderan dan jaringan akan terbangun dengan sendirinya.

Ikhtiar
Dengan mimpi yang sederhana itu, tentu banyak hal yang perlu dilakukan. Sebab mimpi tak bisa “berevolusi” dengan sendirinya menjadi nyata. Amsal wayang butuh dalang. Wayang tidak akan bergerak sempurna bila tidak ada dalangnya. Logika dasarnya, kalaupun ada dalangnya kadang tidak juga sempurna, apalagi tidak ada.
Maka, dalam hal ini, tak perlu bicara soal kebetulan atau takdir. Selain saya butuh dukungan dari pengurus LPM yang lain, butuh perencanaan dan langkah-langkah setrategis serta usaha keras untuk menjadikan mimpi benar-benar nyata.
Usaha yang pertama sudah selesai; pembuatan program kerja selama satu periode. Yang jelas, program ini tidak lepas dari sebagian usaha untuk menjadikan mimpi itu nyata. Semoga saja usaha berikutnya akan selesai pula dengan sempurna; melaksanakan semua yang telah direncanakan atau diprogramkan. Program dan kegiatan harus sinergis dengan apa yang telah menjadi mimpi. Usaha berikut yang dimaksud itu, tidak mungkin dapat dikerjakan seorang ketua saja. Yang terbaik dan cara satu-satunya ialah bersama.
Dari itu, mari kita ingat kembali kata-kata sewaktu acara pelantikan kita, “Minimal mampu mempertahankan. Itu sudah bagus”. Selebihnya, mari “mimpi saya” ubah menjadi “mimpi kita”, kemudian selesaikan dengan menjadikan nyata, supaya LPM sekarang benar-benar selamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar