Hampir setiap tahun, Perguruan Tinggi Islam, semisal Instika, mewisuda kurang lebih 500 orang. Mustahil dari jumlah lulusan itu semuanya menjadi PNS. Padahal, kuota yang tersedia sangat sedikit. Sedangkan kuota CPNS di Kabupaten Sumenep pada tahun 2010 kemarin, hanya membutuhkan guru agama sekitar 12 orang. Berarti 488 orang (itu pun kalau yang 12 orang dari Instika semua) sudah siap dipangkas. Lantas, kemana perginya mereka? Apakah mereka semuanya baik-baik saja atau jangan-jangan mereka menambah pundi-pundi pengangguran negeri ini?
Jamak diketahui, setiap tahun, sarjana berlomba untuk berebut jatah CPNS. Bila perguruan tinggi hanya menghasilkan out put bermental buruh: “pemburu” PNS, serta “pencari kerja”, maka perguruan tinggi dimaksud gagal mencetak lulusan berkualitas. Sebab, kualitas lulusan tidak hanya diukur dengan prestasi akademik yang berhasil ditorehkan, namun yang terpenting adalah sejauhmana mereka mampu menjadi motor perubahan mendasar dalam kehidupan masyarakat, bukan malah menjadi “beban” baru alias pengangguran.
Dari itu, lembaga pendidikan, lebih-lebih perguruan tinggi, seyogianya memberikan keterampilan pada mahasiswa sebagai bekal bagi mereka untuk menapaki hidup yang kian keras dan sulit. Amat tidak cukup apabila mahasiswa hanya dibekali dengan ilmu pengetahuan yang sifatnya teoritis belaka. Yang lebih penting dari itu, mahasiswa mesti dididik-latih untuk menjadi manusia kreatif, inovatif, mandiri, serta bermental wirausaha. Di sinilah urgensi pendidikan kewirausahaan (entrepreneurship) diberikan kepada mahasiswa guna mencapai tujuan ideal tersebut.
Namun sayangnya, Instika belum memandang penting keberadaan pendidikan kewirausahaan. Dari semua materi yang diajarkan di Instika di semua jurusan, tidak ada sama sekali pendidikan kewirausahaan. Bahkan, sekadar workshop atau pelatihan kewirausahaan belum pernah dilaksanakan. Padahal, di berbagai perguruan tinggi lain, pendidikan kewirausahaan sudah dimasukkan sebagai materi kuliah di semua jurusan. Lain dari pada itu, pendidikan kewirausahaan sangat penting peranannya untuk mencetak mahasiswa yang mandiri dan tidak tergantung pada PNS.
Karenanya, pendidikan kewirausahaan laik dan menarik untuk didiskusikan, khususnya di lingkungan kampus kita, terlebih sesudah berubah menjadi Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika). Perubahan ini diharapkan tidak hanya dari nama belaka, namun juga lulusan yang dihasilkan nantinya lebih berkualitas. [Redaksi]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar