Al-Asnawi
Kakawin Persimpangan
--Catatan para petani yang memanggil kemarau
Di tanah berbatu
Ribuan lelaki berwajah kelam
Berteriak memanggil badai
Menjulurkan gelisah lidah
:Dhammong ngapote
Ojhanna loka pole
Dhammong ngapote
Ojhanna sake’ ate
Dhammong ngapote
Ojhanna mate*
Ladang-ladang luka
Terbajak nyeri musim
Lalu, dengan pisau airmata
Mereka mengerat mimpi purba
Tapi, masih saja matahari berdusta
Bulan, jemput kami
Sebab pematang kami penuh duri.
Lubangsa, 2011
*Dhammong Ngapote adalah salah satu ritual mitologi masyarakat Madura untuk memanggil kemarau. Ia merupakan kebalikan dari Dhammong Gharjem, ritual meminta hujan.
___________________________
Rusydi Zamzami
Mahasiswa Semester IV Muamalat Instika
True North
:jasadku
pada titik itu
mampukah kau menolak bau melati
dan segala yang akan dikultuskan kepadamu
musim-musim kalang kabut
membentuk pecahan-pecahan dinding tua
yang beberapa waktu diletuskan cuaca
angin dan udara pucat seketika
berhenti berputar dan tenggelam sia-sia
matahari dan rembulan mengambang di selokan
menjadi cahaya baru bagi para pengemis
yang hidupnya tersingkir dari cinta manusia
tetapi Tuhan dan dunia meliriknya
sebagai sesuatu yang unik
dan menyimpan kota-kota
duh, masihkah kau mampu berontak
bila bau melati dan titik itu
semakin menegaskan tubuhmu
yang sebentar lagi dilarang hujan
dan keterasingan
Guluk-Guluk, Januari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar